Traveling ke Korea – Day 1

Libur tlah tiba…libur tlah tiba…hore hore hore! Akhirnya penantian selama kurang lebih setahun hasil hunting GATF tiba juga, liburan ke Korea…yeayy.

Rabu (20 Sept)
Sejujurnya uda ga fokus kerja. Pikiran uda dimana-mana. Belum finishing packing, gigi sakit sampe nyaris ga dibolehin berangkat sama dokternya, duh ada-ada aja masalahnya. Untungnya suami cuti, jadi lumayan kebantu.

Saya berangkat dengan Garuda Indonesia flight jam 23.35, jadi masih bisa kerja. Sepulang dari kantor langsung buru-buru finishing packing, suapin Naya makan malam, dll., terus jam 18.00 taxi uda nunggu, selesai magriban langsung cuss airport. Daaann karena mau long weekend ya jadi muacet dimana-mana. Sempat muter-muter juga di Tebet nyari jalan yang kira-kira agak aman, eh ternyata macet semua. Yauda saya pasrah aja. Untungnya dapet driver yang manufernya cukup oke, pinter nyelip di tol dan Alhamdulillah 20.30 uda nyampe di Terminal 3. Kita langsung buru-buru check-in (tidak bisa web check-in karena traveling dengan infant) biar bisa nego lokasi tempat duduk. Ternyata karena dari jauh hari saya sudah request bassinet jadi sudah disediakan seat di paling depan ya lumayanlah leg roomnya cukup luas. Sempat berubah pikiran untuk cancel bassinet dan milih di seat biasa aja biar Naya tidurnya bisa selonjoran di saya dan suami, tapi tidak bisa. Tenang, masalah belum selesai. Ternyata bassinet itu max 9kg, sementara Inaya sudah 10 lebih. Ngeri Naya jatuh. Tapi si petugas darat mencoba meyakinkan kalau sebenarnya masih aman kelebihan 1-2kg. Yauda pasrah lagi deh terpaksa di-oke-in pakai bassinet.

image3 (1)

Naya chan bobo nyenyak di bassinet

Selama di pesawat, karena uda tengah malam juga, Naya tidur pulas. Dan akhirnya karena sandaran tangan gabisa diangkat, saya request bassinet ke FA. And you know what? Si FA malah ga merekomendasikan karena berat anak sudah lebih dari 9kg, takut jatuh bahaya. Tapi karena sudah sangat cape pengen istrahat dan kasian Naya juga susah tidurnya, saya & suami tetap kekeuh minta bassinet (jangan ditiru ya, demi keselamatan anak). Alhamdulillahnya selama +/- 7 jam perjalanan Naya aman di bassinet, dia juga berasa lebih enak tidurnya daripada dipangku. Ya walaupun sempat beberapa kali harus digendong karena ada turbulensi dan anak tidak boleh diletakkan di bassinet. Naya sempat rewel saat bangun pagi, +/- 2 jam sebelum landing. Mungkin dia kaget saat bangun kok rame banget, ga berada di kamar seperti biasanya. Terus digendong, ajak liat video dari hp, disuapin makanan, anteng lagi anaknya. And we were arrived at Incheon.

image1

Saat tiba di Incheon International Airport

Kamis (21 Sept)
Sesampainya di Incheon seperti biasa wajib ke toilet terus antri imigrasi. Yang saya suka dari Incheon adalah they’re so welcome and friendly to those who bring kids or disabled people. Saat lagi antri, karena melihat ada stroller, si petugas langsung memanggil saya & suami untuk langsung memotong antrian ke loket yang kosong. Dan disini untuk imigrasi bisa langsung masuk per keluarga. Tidak seperti negara-negara yang pernah saya kunjungi sebelumnya yang antrian imigrasinya per orang. Jadi lumayan menghemat waktu. Keluar imigrasi langsung menuju pengambilan bagasi, terus langsung keluar mencari ticket booth untuk bus menuju apartment. Lokasi ticket booth ada di arrival hall exit 4 dan 9 (indoor) dan exit 4, 6, 7, 8, 11, 13, dan 9c (outdoor). Saat itu saya keluar dari exit 6 dan langsung menuju ticket booth di exit 4. Saya membeli tiket bus No. 6002 yang salah satu tujuannya adalah Jongno 3-ga station. Harganya KRW 10,000. Setelah itu langsung keluar menuju tempat antrian bus. Busnya ini sangat on time. Saat tiba, kita harus segera memasukkan bagasi yang dibantu oleh petugasnya, kemudian harus langsung naik ke bus kalau tidak mau ditinggal. Kemarin itu kita nyaris ditinggal. Untung saya melihat pintu sudah bergerak mau ditutup dan segera naik, sementara suami masih sibuk melipat stroller. Perjalanan sampai di tujuan saya kurang lebih 1,5 jam.

Selama di Korea, saya tinggal di apartment yang dipesan via AirBnB. Letaknya di daerah Jongno 3-ga, berada di central Seoul tepatnya salah satu pusat bisnis & perkantoran, kepeleset nyampe ke Cheonggyecheon stream. Lokasinya cukup strategis. G25 persis di bawah apartment, dekat dengan sevel, Hollys coffee, Tous Les Jours, Starbucks, sekitar 5-10 menit jalan menuju subway station. Tapi minus dari lokasi ini adalah kalau malam di sekitarnya berubah menjadi club-club, yang menjadi pemandangan yang tidak baik dlilihat oleh Inaya.

Untuk kamarnya sendiri ya oke lah, ada 1 queen bed & 3 single bed (kamarnya 2 lantai) yang sebenarnya cukup untuk 5 orang, ada dapur & peralatan masaknya, perlengkapan mandi, wifi di kamar, portable wifi, kulkas, mesin cuci, lumayan lengkaplah. Saya emang memilih apartment yang ada perlengkapan masaknya karena nantinya selama disana dominan akan masak sendiri baik untuk saya maupun suami.

Pemilihan apartment ini juga melalui proses yang lama. Sebenarnya awalnya saya sudah reserve apartment di daerah Hongdae yang didapat dari referensi teman yang pernah kesana. Tetapi saat mengecek lagi jalur transit subway dll nya, saya merasa kalau di Hongdae agak jauh dan “kurang di pusat kota” yang dekat ke tujuan di itinerary saya. Hasilnya saya prefer AirBnB dan mendapatkan apartment di daerah Jongno-3ga. Nyesel ga? Hmm sejujurnya sih agak nyesel karena akhirnya yang saya tinggali malah dekat club. Tapi ya buat pembelajaran deh biar lebih teliti lagi next time.

Sesampainya di penginapan, langsung masak nasi (penting. Apalagi ada si bayi yang selalu lapar), beres-beres. Awalnya di itinerary saya menjadwalkan jam 1 sudah harus jalan keluar. Tapi ya realita tidak semulus keinginan. Beresin anak, nyiapin ini itu yang akhirnya molor lor lor sampe jam 3 baru jalan, belum lagi masih adaptasi liat map & jalur transit subway yang rumit. Padahal tadinya mau ngejar liat pergantian penjaga di Gyeongbokgung Palace jam 3 tapi gagal. Sampai di Gyeongbokgung sudah hampir jam 4. Untuk tiket masuknya KRW 5,000/orang. Foto-foto sana sini, Naya sempat rewel juga gamau di stroller, gamau nyusu juga, ternyata dia ngantuk. Pas dia tidur langsung deh mami-papanya bebas. Mau lanjut ke arah National Museum (yang Cuma sebelahan), Bukchon Hanok Village, King Sejong statue tapi uda kesorean akhirnya melipir ke Myeongdong.

image2 (1)

Gyeongbokgung Palace

Di Myeongdong sempat ragu, mau lanjut ke Namsan atau mending shopping aja. Eh ga berapa lama liat petunjuk arah ke Namsan Tower yang melewati Pacific Hotel (persis seperti petunjuk yang saya dapat via blogwalking) dan akhirnya mutusin untuk lanjut mendaki ke Namsan. Gilee ini jalannya benar-benar mendaki terus. Masih jetlag, bawa ransel & stroller lumayan berasa, untungnya Naya lagi tidur jadi aman. Perjuangan belum selesai karena masih harus antri untuk menaiki cable car menuju Namsan Tower. Biayanya KRW 8000/orang return.

image4

Si anak bayi kelaparan, bete diajak foto

Berusaha menenangkan diri kalau saya pasti berani, begitu cable car nya jalan, saya langsung takut melihat bawah, tinggiii banget. Jadi cuma bisa diam aja, sementara suami menggendong Inaya karena stroller harus dilipat. Kita sampai di atas sekitar jam 6 an, langsung menuju Lock of Love alias gembok cinta. Kalau yang lainnya pada foto-foto, kita disana numpang makan karena Inaya uda bete nangis kelaparan. Anti mainstream. Piknik lucu diantara para orang yang berfoto dengan latar gembok cinta. Karena uda semakin malam dan semakin dingin, banyak nyamuk dan asap rokok juga, saya memutuskan untuk tidak lanjut berjalan ke towernya dan kita balik menuju Myeongdong. Tadinya mau mencari emperan untuk makan lagi, tapi uda nanggung malah lanjut shopping. Seru juga sih di Myeongdong shopping street. Rame, banyak jualan, skin care & cosmetic store pada sale..uhuuuyy siapa yang ga bahagia coba. Tapi sayangnya saya bukanlah penggila kosmetik, malah cenderung ga ngerti. Jadi cuma beliin titipan temen dan beberapa oleh-oleh aja, sama jajan lucu. Kalau ga karena mikir lagi bawa anak dan besoknya harus lanjut jalan lagi, mungkin saya masih akan berkeliaran di Myeongdong sampai tengah malam. Akhirnya kita memutuskan kembali ke penginapan diiringi dengan drama kebingungan mencari subway dan transitnya.