Berburu Obgyn (lagi) ???

Di pengalaman hamil kedua ini saya pengen coba ganti obgyn. Yaa, pengen ngerasain lagi melanglangbuana mencari siapa tau ada alternatif obgyn lain yang cocok, karena kalo harus ke dr. Sadina ga kuat banget antriannya (pada saat itu mikirnya sih gini ya). Dan ini dia beberapa obgyn yang saya coba:

  1. Dr. Hari P. Rahardjo

Sebenarnya dokter Hari ini orangnya enak banget. Saya sudah 2 kali ke beliau. Pertama saat kontrol IUD di KMC. Yang kedua saat konsultasi untuk promil di Lahirditembuni. Orangnya enak, penjelasan mudah dimengerti, cukup komunikatif, dan yang paling penting ga bikin suasana saat konsul itu terasa mencekam krik krik gitu. Sebenarnya pengen lanjut konsul dengan beliau lagi saat mendapati hasil TP +, tapi karena biasanya kalau awal-awal hamil USG transvaginal dan saya kurang nyaman dengan obgyn cowo, akhirnya memutuskan mencari obgyn lainnya yang tentu saja cewe.

  • Dr. Afifah Khairani

Begitu TP + dan memutuskan untuk memastikan kehamilan dengan konsul ke dokter, saya memilih untuk melakukannya di Lahirditembuni karena pada saat itu covid sedang tinggi-tingginya dan pengalaman sebagai survival covid juga membuat saya sedikit takut kalau harus ke RS. Karena dr. Afifah ini the only female obgyn di Lahirditembuni, akhirnya nyoba konsul ke beliau. Saat itu dapat antrian no 1 dan dijadwalkan jam 08.00. Tapi karena satu dan lain hal dokternya baru datang jam 09.30an. Pas masuk ruangan kayak diburu-buru gitu, dan kurang komunikatif ya menurut saya. Hanya menjawab seperlunya aja apa yang saya tanyakan. Setelah itu juga langsung pergi lagi (mungkin lagi ada lahiran di RS lain gatau deh, Cuma jadi minus banget di mata saya & suami). Jadi untuk konsul selanjutnya saya berlahir ke RS lain.

  • Dr. Febriansyah Darus

Karena RS terdekat dari rumah dan baru buka adalah Brawijaya Saharjo, jadi saya mencoba untuk “berkelana” disini. Awalnya mau ke dr. Nisa (obgyn yang juga cukup hits di socmed plus perempuan juga kan), tapi karena saat kontrol awal dengan dr. Afifah sempat didiagnosa kantung kehamilan tidak bulat (menurut beliau seharusnya bulat), daripada kenapa-kenapa akhirnya memutuskan untuk ke dr. Febri yang juga fetomaternal. Karena menurut saya dan suami (berdasarkan pengalaman kehamilan pertama, fetomaternal meriksanya lebih teliti). Dan alhamdulillah janin aman, sehat, dan tidak kenapa2 juga. Sebenarnya dengan dr. Febri ini enak juga sih, tapi saya merasa agak kikuk ya, mungkin karena beliau juga laki-laki dan ntah kenapa merasa kurang dapat feelnya aja. Sempat berencana mau melahirkan di Brawijaya Saharjo aja deh karena dekat, tapi karena feel di dokternya kurang dapat, akhirnya mencari yang lain lagi.

  • Dr. Sadina P. Besar

Daaaannn akhirnya setelah petualangan panjang sana sini, saya kembali lagi ke beliau. The best obgyn sih menurut saya. Yaa walaupun perjuangannya panjang banget ya. Jadi dari beberapa hari dr. Sadina praktek, saya & suami cuma bisa kontrol saat weekend (Sabtu). Dan untuk mendapatkan nomor antrian, diulang ya…nomor antrian doang…kami harus pergi setelah subuh. Kenapa? Karena pasiennya beliau dibatasi hanya berapa antrian saja (kurang tau pastinya), dan berdasarkan pengalaman yang lalu, kalau dapat nomor belasan aja deh, itu bisa masuknya siang, males banget kan kalo harus pulang terus balik lagi. Jadi mending sekalian aja deh pas pagi-pagi. Dan dari abis subuh itu uda ada beberapa orang juga lho yang melakukan hal yang sama yaitu ambil nomor antrian, sementara loket pendaftarannya baru buka jam 07.00. Mantap kaann. Tapi itu semua terbayarkan dengan “hasil konsultasi” dengan dokternya. Menurut saya beliau itu ramah, modis & gaul, update tentang info kehamilan terkini, gaada ngelarang ini itu yang aneh-aneh, semua jawaban dari pertanyaan saya selalu diiringi dengan ilmu/teori/alasan yang jelas, dan saat USG juga teliti banget dan mau menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya. Kalau diperhatikan pasien-pasiennya beliau itu per konsul ada minimal 30 menit di dalam ruangan. Pokoknya enak ga diburu-buru deh. So far saya dan suami uda menetapkan untuk tetap di beliau dan lahiran kembali di Harkit, sama seperti anak pertama kami.

Disini saya mau mengingatkan aja, obgyn itu cocok-cocokan ya. Bisa aja di saya ga cocok (karena satu dan lain hal) tapi di ibu yang lain cocok. Jadi jangan hanya berdasarkan opini/review aja, tapi dicoba juga untuk bisa merasakan realnya seperti apa.

Buat ibu hamil lainnya yang sedang “berburu” obgyn, selamat mencari dan enjoy the process yaa….  🙂